SABANG - MERAUKE DALAM BINGKAI KERUKUNAN
4/13/2014 07:11:00 AM
Indonesia
merupakan negara yang sangat besar baik dari sudut wilayah maupun penduduknya. Negara
ini pun memiliki banyak keanekaragaman di dalam segala aspek kehidupan seperti
tradisi, adat dan agama. Di paling ujung barat Indonesia terdapat sabang yang
terletak di provinsi Aceh yang dikenal sebagai bumi serambi mekkah dan simbol
daerah yang kental dengan nuansa islami. Sedangkan di ujung timur terdapat
marauke yang terletak di provinsi Papua yang sangat kental dengan nuansa umat
nasraninya. Bukankah Dua provinsi ini seperti tiang negara yang memperlihatkan
perbedaan khususnya dalam hal beragama dan cermin kekayaan kenanekaragaman yang
harus dijaga. Namun, peristiwa demi peristiwa konflik beragama pun muncul silih
berganti di beberapa tempat di negara ini. Sistem yang menggelamkan keterbukaan
yaitu orde baru di ganti dengan sistem reformasi yang sangat “memperbolehkan”
keteburkaan pendapat dan ekspresi yang “sepertinya” tidak memiliki batas di
dalam menggunakannya. Mungkin reformasi seperti “ balas dendam” dan hal yang
sangat dinantikan berjuta umat di negara ini setelah orde baru tenggelam di dasar
keyakinan masyaratkan indonesia.
Konflik
terbuka pun muncul dan sangat menggores hati nurani ibu pertiwi dan prinsip ke
Bhinekaan Tunggal Ika yang dijunjung tinggi oleh bangsa ini. Sebut saja seperti
konflik ambon dan poso yang sangat traumatik walaupun konflik itu terjadi di
dalam etnik yang sama. Tidak hanya itu peristiwa sambas di kalimantan barat dan
peristiwa sampit di kalimantan tengah pun ikut “menyemarakkan” pesta kehancuran
persatuan umat. Kita pun masih disuguhkan dengan konflik konflik antar umat
beragama sampai sekarang seperti kejadian ahmadiyah di pandeglang , gereja
Yasmin di bogor, pembakaran masjid di sumatera utara dan yang terbaru yaitu
konflik sunni – syiah di sampang madura yang terjadi di dalam umat dalam satu
agama. Mungkinkah ini semua akibat peran pemerintah di rasa kurang di dalam
menjaga keberagaman umat beragama di indonesia dan juga era yang sangat
“menjunjung” harga suatu keterbukaan dan kebebasana tanpa adanya “filter” di
dalam pengaplikasiannya.
Seharusnya
perubahan era reformasi dapat membawa dan meningkatkan kesadaran masyarakat
indonesia di dalam memandang penting arti kesatuan dan persatuan. Dengan
diberikan kebebasan di dalam aspek kehidupan layaknya burung yang sedang
terbang tanpa batas dan mengikuti arah angin. Kita pun harus seperti burung
yang sering bersama di dalam melintasi langit yang luas dan tidak meninggalkan
salah satunya.
Oleh
karena itu, diharapkan kepada seluruh pihak khususnya yang “merasa” diri nya
sebagai warga negara Indonesia baik pemerintah, organisasi masyarakat, kekuatan
politik maupun kelompok kelompok atau golongan agama harus mengambil tindakan
cepat, tegas dan jelas untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dari sabang
sampai marauke.
0 comments
jangan lupa komentarnya guys