Sebelumnya saya tidak
terlalu peduli terkait persoalan mata uang dikarenakan intensitas untuk
bepergian ke luar negeri sangat minim hanya sebatas negara tetangga maupun
belum ada aktivitas investasi sebelumnya. Namun, pada akhirnya saya pun
mendapat mandat untuk mewakili Indonesia di salah satu ajang international
summit di Russia. Disini, saya tahu apa saja yang harus dipersiapkan termasuk
mata uang dollar nah disini saya tidak akan membahas terkait nilai tukar dsb
hanya membahas terkait “budaya dollar di negara kita”. Back to case, Saya pun
mendapatkan sejumlah dollar dari kedua orang tua sebagai “uang jaga jaga”
begitulah biasanya orang tua menyebutnya. Suatu hari, saya pun berniat menukar
uang dollar ke mata uang Rubel namun dikarenakan rubel kurang popular jadi agak
sulit untuk mendapatkannya lalu saya pun berniat menukarkan ke dollar hongkong
untuk keperluan transit atau sekedar jalan jalan di saat transit. Lalu saya
pergi ke salah satu money changer di pusat perbelanjaan paling terkenal di
Surabaya. sampailah saya disana kemudian terjadilah percakapan sebagai berikut
:
Saya
: maaf mba, saya mau menukar uang dollar ke dollar hongkong ?
Petugas
: bentar, mana duit dollarnya ?
Saya
: ini mba *sambal memberikan uangnya”
Petugas
: ini mah susah laku mas udah kena tinta sedikit terus agak kelipat ya ujungnya.
gini mas, sebenarnya bisa mas tp nanti bukan kelas 1 jadinya bakal jadi kelas 2
dengan nilai tukarnya lebih rendah, masnya mau ?
Saya
: (sedikit kaget), laaah kok bisa mba ? bukannya Cuma sedikit yak ok bisa gak
laku
Petugas
: kami ini money changer jadi harus memberikan yang terbaik bagi pelanggan
kami.
Saya : ini hanya berlaku disini atau semua sistem
di negara ini mba ?
Petugas
: hampir semua tempat money changer maupun perbankan dan etc menggunakan sistem
seperti ini kok mas.
Saya
: saya jadi bingung, bukannya mata uang ini sebagai alat penukaran dan akan
selalu berputar kan ya ? nanti juga akan sedikit lecek pada akhirnya. Ya kali mba
dijaga dipeluk dan selalu disimpang di tempat terbaik.
Petugas
: ini Indonesia mas, dimana dimana uang dollar gak bole kelipet, kecoret dan
harus bagus.
Saya
: (bingung sendiri), mba saya mau tanya kenapa uang kita Rupiah dilipat,
dicoret2 dan diremes juga masih bisa digunakan ya ?
Petugas
: (diam tanpa menjawab)
Saya
: yasudah mba saya tidak jadi tukar kalo ribet begini (mengambil uang lalu
pergi)
Keesokan
harinya saya ke salah satu bank dan mencoba untuk menukar uang dollar juga. Dan
ternyata hasil yang didapatkan “hampir sama” lalu saya pun memutuskan membawa
dollar dan akan menukarkan di hongkong atau di Russia saja. Selang beberapa
hari, saya pun berangkat ke Russia via transit Hongkong. Ketika melihat money
changer di hongkong saya berniat menukar sedikit dollar saja. Lalu apa yang
saya dapatkan ? tanpa bertanya apa apa uang saya masukkan lalu mereka hanya
mengecek asli atau palsu dan proses pun selesai tanpa memperdulikan ada
tintanya sedikit dan yang lain sebagainya. Sama halnya ketika saya berada di
Russia tinggal dimasukkan kedalam kotak lalu petugasnya menghitung menggunakan
mesin berapa yang harus dikonversi ke dalam rubel lalu proses pun selesai tanpa
adanya protes, percakapan yang tidak penting dan cepat. ITS TOTTALY DIFFERENT !
Lalu saya pun berfikir,
mengapa dollar layaknya “mata uang malaikat” di negara kita ? dari mana budaya
seperti ini muncul ? apa yang sedang terjadi di negara kita ? . apa ini hanya terjadi di Indonesia atau negara lainnya juga ? dikarenakan hongkong dan russia tidak menganut sistem ini. beragam pertanyaan pun muncul tanpa saya sendiri tahu jawabannya.
Sedikit
saran bagi pembaca jika anda memiliki uang dollar yang ada :
1. Coretan
sedikit/tintanya sedikit
2. Kelipet
sedikit/misalnya di ujungnya
3. Ataupun
kasus yang lebih parah semisal kelipet dua, coretan/tinta agak banyak
Ada
beberapa altenatif :
1. Dirapikan
dulu semisalnya kelipet bisa masukkan dalam buku agar kelihatan lebih rapi baru
ditukar.
2. Tukar
saja di luar negeri (lebih mudah)
3. Jika
tetap ingin menukar dalam negeri, tukar saja namun konsekuensi dengan nilai
tukar yang lebih rendah dari pasaran
4. Jika
money changer ataupun perbankan menolak uang dollar anda, anda masih bisa
mencari pihak ketiga yang menerima uang dollar namun dengan nilai tukar yang
jauh dr harga pasaran. Seperti cerita teman saya yang menukar dollar dengan
keadaan yang sudah rusak (namun tidak terlalu parah) dengan harga 7000 – 8000
rupiah/dollarnya. (Tidak
direkomendasikan)
Saya
hanya berfikir sejenak setelah pengalaman ini, bagaimana tanah airku bisa
menjadi macan asean jika mata uang rupiah saja tidak ada harganya di mata
masyarakatnya hanya selembar kertas yang dapat diremes, dicoret maupun dilipat
beda halnya perlakuan terhadap mata uang dollar ? begitu rendahkan rupiah
sebagai identitas negara ?
INDONESIA
ADALAH BANGSA YANG BESAR DAN YAKINLAH KITA AKAN MELESAT MAJU
OPTIMIS
ADALAH HARGA MATI !!!